Mungkin Kita Semua Pelacur


Jika mendengar kata pelacur, sebagian besar orang mungkin langsung memikirkan aktivitas seksual yang sengaja dikomersialisasikan. Jasa pemuas nafsu tersebut, sudah berakar kuat di kepala masyarakat, sehingga makna dari kata "pelacur" mengalami penyempitan makna.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pelacur berasal dari kata "lacur" yang berarti "malang", "celaka", "sial", "buruk laku". Kalau kita melihat dari asal muasal kata, kata lacur sendiri tak memiliki korelasi dengan urusan wiraswasta tubuh seperti yang sering didendangkan grup band Jamrud dalam lagu berjudul "Putri". Artiannya, pelacur tak melulu tentang aktivitas pemuas hasrat seks. 

Di dalam berbagai karya sastra, kata lacur sendiri lazim digunakan para pengarang. Akumulasi bacaan tersebut, membuat penulis memiliki definisi tersendiri terkait arti kata lacur. Kata lacur mendeskripsikan ketidakberdayaan terhadap kenyataan. Kata pelacur yang telah mendapatkan imbuhan, mengartikan seseorang yang berada dalam ketidakberdayaan dan terpaksa melakukan sesuatu yang sebenarnya tak diinginkan. 

Kemudian, ketidakberdayaan tersebut dekat dengan arti dari kata lacur itu sendiri. Bisa berupa kemalangan, kesialan, hal celaka, ataupun perilaku buruk yang bertentangan dengan nilai dan norma di masyarakat. Kebetulan, kata lacur memang memiliki kecenderungan lebih terhadap pekerja seks komersial (PSK). Mungkin atas dasar tersebut, umpatan kasar "pelacur' telah melabeli para wiraswasta tubuh.

Namun, jika ditinjau ulang pembahasan soal lacur-lacuran ini, mungkin kita semua pernah menjadi pelacur. Kok gitu? Makanya biasakan baca sampai tuntas.

Oke, gue lanjutin. 

Apakah ada PSK yang benar-benar ingin menjadi PSK? Mungkin ada, namun sebagian besar PSK menjawab bahwa hal tersebut terpaksa dilakukan untuk memenuhi himpitan ekonomi pribadi dan keluarga. 

Om Virgiawan Listianto alias Iwan Fals, dalam lagu yang berjudul "Doa Pengobral Dosa", mendeskripsikan kehidupan seorang 'kupu-kupu malam' yang terpaksa memuaskan para 'hidung belang' guna mencukupi kebutuhan hidup. Bahkan si pengobral dosa ini pun digambarkan sadar dengan kesalahan dan kehinaan yang ia lakukan. Hal itu dibuktikan saat ia berdoa kepada Tuhan, agar Tuhan menghadirkan bajingan yang mau menikmati tubuhnya. 

Jika pelacur adalah kondisi dimana seseorang melakukan suatu hal atas dasar ketidakberdayaan dan keterpaksaan, artinya kita semua pernah menjadi pelacur dalam kondisi-kondisi tertentu. Misal, saat gelandangan yang terpaksa makan makanan sisa dari tempat sampah, atau mencuri karena kelaparan. Misal, saat seorang wanita menerima cinta seorang pria atas dasar keterpaksaan (faktor bisa apa saja), padahal wanita tersebut tak mencintai pria itu. Misal, seorang PNS yang terpaksa ikut arus terhadap sistem yang korup. Bahkan, ilmu tinggi yang digunakan untuk mengibuli, adalah bentuk pelacuran intelektual. Dan masih banyak misal-misal yang lain. 

Lantas, apa yang akan kalian lakukan setelah membaca tulisan seorang pelacur ini? 

Apakah kita semua mengalami kemalangan di kondisi tertentu? Apakah kita sial hanya karena mengalami berbagai kesulitan hidup? Apakah kita tak lebih hina dari seorang PSK yang terpaksa menjual tubuhnya demi setetes rezeki? Ataukah kita sudah berdamai dengan diri kita, bahwa kita adalah pelacur? 

Dasar kau lacur! 

Posting Komentar

0 Komentar